Pesan Menyejukkan Ustadz Das’ad Latif Bagi Pekerja yang Terdampak Boikot Produk Pro Israel

DBS NEWS, NASIONAL – Penceramah Kondang, Ustadz Das’ad Latif mengungkapkan pendapatnya mengenai dampak pemboikotan produk yang terafiliasi mendukung Israel bagi karyawan yang bekerja di perusahaan terkait.

Menurutnya, setiap keputusan dalam hidup pasti akan ada plus minusnya, namun ada yang disebut sebagai skala prioritas, dan skala prioritas yang saat ini harus dikedepankan adalah masalah keselamatan jiwa.

Bagi pekerja di Indonesia yang perusahaannya terafiliasi dengan mendukung Israel, yang terancam hanyalah gaji, sedangkan rakyat Palestina yang terancam adalah nyawanya.

“Dalam Syariat Islam, apabila sudah mengancam keselamatan jiwa, maka itu lebih diprioritaskan dari pada yang lainnya. Kalau saudara-saudara kita kemudian terdampak pada pekerjaannya, misalnya gajinya dikurangi, itukan tidak mengancam jiwanya. Sementara di Palestina sendiri itu sudah berkaitan dengan jiwa.”

“Itu bukan hoax, itu fakta di lapangan bahwa yang menjadi korban banyak anak-anak, perempuan dan warga sipil. Mereka dari hari ke hari diperlakukan tidak selayaknya sebagai manusia.”

“Selain itu mereka juga diisolasi, Pemerintah Israel menutup pintu-pintu yang menuju ke Gaza sehingga mengancam keselamatan jiwa,” ujar Ustadz Das’ad Latif yang DBS News kutip dari wawancaranya di kanal YouTube TVOne news, Kamis (16/11/2023).

Lebih lanjut, Ustadz Das’ad menilai bahwa kejadian ini bisa menjadi ujian kesabaran bagi para pekerja yang terdampak.

Jika para pekerja tersebut bisa berjiwa besar menerima keputusan ini karena solidaritas kemanusiaan. Ustadz Das’ad yakin pengorbanan tersebut akan dinilai pahala oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

“Dibutuhkan kesabaran, kalau dia berjiwa besar menerima hal ini, misalnya dia bersabar untuk satu-dua bulan ini gajinya dikurangi, lalu dia bersabar karena solidaritas kemanusiaannya, saya yakin tidak ada pengorbanan sekecil apapun yang tidak dinilai pahala di sisi Allah Subhanahu Wa Ta’ala,” ucap Ustadz Das’ad. (id)

Komentar