Pemandangan koloni kelelawar di salah satu sudut kota Watansoppeng, Kabupaten Soppeng, Sulawesi Selatan.
DBS NEWS, SOPPENG – Pemandangan koloni kelelawar yang bergelantungan di pepohonan kota Watansoppeng sudah sangat lumrah bagi masyarakat lokal. Masyarakat meyakini keberadaan kalong-kalong ini sudah ada sejak puluhan bahkan ratusan tahun silam.
Meski begitu, masyarakat maupun pemerintah setempat masih kesulitan untuk menghitung jumlah populasi kelelawar di Ibu Kota Kabupaten Soppeng tersebut. Namun sebuah penelitian yang dilakukan oleh peneliti dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Hasanuddin (UNHAS) akhirnya mampu menjawab rasa penasaran itu.
Para peneliti ini terdiri dari Dr.Ir. Slamet Santosa, Dr. Eddy Soekendarsi, Drs. Munif S. Hassan, M.Si dan Dody Priosambodo, S.Si. Penelitian dilakukan selama dua tahun dan hasilnya telah dipublikasikan sejak tahun 2018 silam.
Penelitian terhadap populasi kelelawar ini dilakukan dengan melakukan pengamatan menggunakan kamera dengan kemampuan super zoom lumixDMC FZ200 dan teropong binokuler birdwatching.
Empat peneliti masing-masing melakukan pengamatan di beberapa pohon yang menjadi tempat menetap para koloni kelelawar, yaitu pohon jati putih, asam jawa, beringin, angsana dan ketapang. Pengamatan dilakukan pada jam 8 pagi, jam 13 siang, dan jam 15 sore.
Hasilnya, pengamatan peneliti pertama mengungkap bahwa jumlah populasi kelelawar di kota Watansoppeng ada sebanyak 2.415 ekor. Populasi kelelawar terbanyak menurut peneliti pertama ditemukan pada habitat pohon asam jawa yaitu sebanyak 1.600 ekor, dibandingkan dengan pohon beringin (308 ekor), jati putih (201 ekor), ketapang (174 ekor) dan angsana (132 ekor).
Sementara hasil pengamatan peneliti kedua, terungkap bahwa jumlah populasi kelelawar ada sebanyak 2.387 ekor. Menurut peneliti kedua, populasi kelelawar terbanyak juga ditemukan pada habitat pohon asam jawa yaitu sebanyak 1.646 ekor, lalu jati putih (247 ekor), beringin (193 ekor), ketapang (151 ekor) dan angsana (150 ekor).
Pengamatan peneliti ketiga, menyebut bahwa jumlah populasi kelelawar ada sebanyak 2.411 ekor. Populasi kelelawar terbanyak menurut peneliti ketiga berada di pohon asam jawa yaitu sebanyak 1.484 ekor, ketapang (294 ekor), jati putih (206 ekor), pohon beringin (280 ekor) dan angsana (147 ekor).
Sedangkan pengamatan peneliti keempat, mencatat bahwa jumlah populasi kelelawar ada sebanyak 2.302 ekor. Populasi kelelawar terbanyak menurut peneliti keempat juga berada di pohon asam jawa yaitu sebanyak 1.412 ekor, beringin (315 ekor), ketapang (233 ekor), jati putih (183 ekor) dan angsana (159 ekor).
Dari segi keanekaragaman (biodiversitas), para peneliti berkesimpulan bahwa kelelawar di kota Watansoppeng tidak beranekaragam karena hanya ada satu jenis kelelawar. Berdasarkan hasil pengamatan bentuk, ukuran dan warnanya, kelelawar di kabupaten Soppeng termasuk jenis pteropus alecto.
Warna tubuhnya hitam kecoklatan, ukuran tubuhnya berkisar 16-20 cm dan mempunyai sayap bila dilebarkan lebih dari 1 meter. Jenis kelelawar genus pteropus alecto banyak tersebar di Sulawesi, Maluku, Ambon, Nusa Tenggara, Papua Barat, Papua Nuigini dan Australia.
(Idham)
Komentar